Pertanyaan:
Benarkah Nabi Muhammad SAW pernah
melaksanakan puasa sunnah karena tidak ada makanan di rumahnya? Bagaimana
hadisnya?
Mas
Dhani – Tamzis JCC
Jawaban:
Benar, RasûlulLâh SAW pernah melaksanakan puasa sunnah setelah beliau
bertanya kepada ‘Âisyah tentang ketersediaan makanan di rumahnya. Karena tidak
tersedia, maka beliau berpuasa sunnah.
Hadis yang menceritakan hal ini dapat ditemukan dalam kitab Shahîh
Muslim No. 1154, Kitâb al-Shiyâm (Kitab Puasa), Bâb Jawâz
al-Shiyâm al-Nâfilah bi Niyyah min al-Nahâr Qabla al-Zawâl, wa Jawâz fithri
al-Shâ’im Nafilan min Ghairi ‘Udzrin (Bab Bolehnya Berpuasa Sunnah dengan
Niyat pada Siang Hari Sebelum Zawâl[1], dan Bolehnya Membatalkan Puasa Sunnah
Tanpa Udzur).[2]
Hadis Pertama:
1154 - عَنْ عَائِشَةَ
أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ذَاتَ يَوْمٍ «يَا عَائِشَةُ، هَلْ عِنْدَكُمْ
شَيْءٌ؟» قَالَتْ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا عِنْدَنَا شَيْءٌ قَالَ:
«فَإِنِّي صَائِمٌ» قَالَتْ: فَخَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَأُهْدِيَتْ لَنَا هَدِيَّةٌ - أَوْ جَاءَنَا زَوْرٌ - قَالَتْ:
فَلَمَّا رَجَعَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ: يَا
رَسُولَ اللهِ، أُهْدِيَتْ لَنَا هَدِيَّةٌ - أَوْ جَاءَنَا زَوْرٌ - وَقَدْ
خَبَأْتُ لَكَ شَيْئًا، قَالَ: «مَا هُوَ؟» قُلْتُ: حَيْسٌ، قَالَ: «هَاتِيهِ»
فَجِئْتُ بِهِ فَأَكَلَ، ثُمَّ قَالَ: «قَدْ كُنْتُ أَصْبَحْتُ صَائِمًا»
قَالَ
طَلْحَةُ: فَحَدَّثْتُ مُجَاهِدًا بِهَذَا الْحَدِيثِ، فَقَالَ: «ذَاكَ
بِمَنْزِلَةِ الرَّجُلِ يُخْرِجُ الصَّدَقَةَ مِنْ مَالِهِ، فَإِنْ شَاءَ
أَمْضَاهَا وَإِنْ شَاءَ أَمْسَكَهَا» - صحيح مسلم (2/ 808)
Dari ‘Â’isyah Umm al-Mu’minîn RA berkata: RasûlulLâh SAW berkata
kepadaku pada suatu hari: “Apakah kamu mempunyai makanan?” Aisyah menjawab: “Wahai RasûlulLâh SAW, kita tidak
memiliki sesuatu pun.” Beliau bersabda: “Kalau begitu, aku akan berpuasa.” Kemudian Rasulullah
keluar. (Tak lama) kemudian, saya diberi
hadiah (berupa makanan) – atau dengan redaksi lain: seorang tamu mengunjungi
kami. Aisyah berkata: Maka ketika RasûlulLâh
SAW kembali, saya pun berkata: “Ya Rasulullah,
tadi ada orang datang memberi kita hadiah (makanan) kemudian kusimpan untuk
Anda.” Beliau bertanya: “Makanan
apa itu?” Saya menjawab: “Kue hais (kue yang terbuat dari kurma, minyak samin & keju).” Beliau bersabda: “Bawalah kemari.”
Maka kue itu aku sajikan, sehingga beliau memakannya. Kemudian beliau berkata: “Sungguh
pagi tadi aku puasa.”
Thalhah berkata: Saya menceritakan hadits ini kepada Mujahid, lalu ia
berkata, “Hal itu seperti orang laki-laki yang bersedekah dengan hartanya. Jika
ingin, ia akan mengeluarkannya; dan jika tidak, maka ia akan menahannya.” [HR Muslim 1154]
Hadis Kedua:
1154 - عَنْ عَائِشَةَ
أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ، قَالَتْ: دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ: «هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ؟» فَقُلْنَا: لَا،
قَالَ: «فَإِنِّي إِذَنْ صَائِمٌ» ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا: يَا
رَسُولَ اللهِ، أُهْدِيَ لَنَا حَيْسٌ فَقَالَ: «أَرِينِيهِ، فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ
صَائِمًا» فَأَكَلَ - صحيح مسلم (2/ 809)
Dari ‘Â’isyah Umm
al-Mu’munîn berkata: Pada suatu hari Nabi SAW masuk kerumahku, kemudian
berkata: “Apakah kamu
mempunyai makanan?” Kami menjawab: “Tidak!” Beliau bersabda: “Kalau demikian aku berpuasa.”
Kemudian beliau mendatangi kami pada hari lainnya, kami berkata: “Wahai
RasûlulLâh SAW, kami diberi hadiah kue hais (kue yang terbuat dari kurma, minyak
samin & keju).” Maka RasûlulLâh SAW bersabda: “Perlihatkan kepadaku, sungguh pagi
tadi aku berpuasa.” Kemudian beliau memakannya. [HR Muslim 1154]
WalLâhu A‘lam bi al-Shawwâb
Miftah Khilmi Hidayatulloh, Lc.
Hikmah al-Qur’ân
[1]
Waktu zawâl adalah
waktu tergelincirnya matahari, sebagaimana diceritakan dalam QS Al-Isrâ’: 78, “Dirikanlah
shalat sesudah matahari tergelincir” (أَقِمِ الصَّلاةَ
لِدُلُوكِ الشَّمْس). Tergelincirnya matahari
bisa diketahui dengan melihat bayangan sinar matahari mulai berganti di sebelah
timur. Lih. Shâlih ibn Fawzân ibn ‘AbdilLâh al-Fawzân, al-Mulakhkhash
al-Fiqhî (Riyâdh: Dâr al-‘Âshimah, Cet. I, 1423 H) h. 104
[2]
Muslim ibn Hajjaj al-Naisâbûrî
(w. 261), Shahîh Muslim Juz II di-tahqîq oleh Muhammad
Fu’âd Abdul Bâqî (Beirut: Dâr Ihyâ’
al-Turâts al-‘Arabî) h. 808-809
Tidak ada komentar:
Posting Komentar